Rabu, 18 September 2013

WRITING CHALLENGE DAY 14: WRITE ABOUT ANYTHING YOU WANT

WRITE ABOUT ANYTHING YOU WANT

Oke, sebenarnya saya tidak mau tulis ini, karena tema mengenai keluarga terkadang terasa seperti  cari perhatian atau membuka aib bila diumbar keluar. Tapi mumpung mood dan suasana saya mendukung, dan juga saya butuh curcol, jadi saya mau tulis.

Tadinya saya mau kasih judul post ini "Susahnya Jadi Anak di Asia" tapi setelah saya pikir-pikir, saya tidak mau terdengar terlalu mengeneralisir dengan mengatakan benua, akhirnya saya ganti dengan budaya timur. Jujur yah, agak sulit untuk menulis ini di blog, karena dengan nulis di blog berarti saya memberitahu pada orang lain tentang inner conflict saya. 

Dalam budaya timur dan asia pada umumnya, anak itu diharuskan untuk selalu menurut sama orang tua dan mendengarkan kata-kata orang tua. Oke, ini hal yang wajar dan dalam budaya barat pun sama, tapi dalam budaya asia ada tambahan lagi, anak harus selalu patuh sama apapun perintah orang tua, anak tidak boleh membantah perkataan orang tua, orang tua salah tidak seharusnya dikoreksi, dan orang tua selalu benar dan kalau orang tua salah, anak cukup diam saja, tidak perlu bilang mereka salah. (Setidaknya inilah yang berlaku dalam keluarga saya).

Sekiranya itulah yang selalu saya rasakan dari orang tua saya. Belum lagi dalam keluarga Tionghua, anak perempuan selalu lebih diprotektif atau dikekang dibanding anak laki-laki. Seandainya adik saya pergi ke luar kota sendiri pasti dikasih, kalau saya pasti kena omel. mungkin wajar mereka khawatir karena saya ini perempuan, maka resikonya lebih riskan dibanding anak laki-laki. Terus saya ingat kalau adik saya pulang malam, sampai rumah mama saya khawatir dan cuma marah ala kadarnya saja, tapi kalau giliran saya, pasti saya selalu dimarahin lebih besar dan ujung-ujungnya yang saya ngga suka adalah bawa-bawa "apa kata tetangga nanti, anak perempuan pulang malam-malam" padahal saya pulang malam bukan karena melakukan hal-hal yang buruk macam ke diskotik atau dugem atau hal-hal yang menyangkut kehidupan malam lainnya.  Bahkan sumur hidup, saya tidak pernah miras, merokok apalagi narkoba, pulang pun jarang lewat dari jam 9 malam, tapi tetap saja ortu menganggap saya berpotensi menjadi binal.

Saya ingat, waktu SMU pun saya tidak diperbolehkan menginap di rumah teman (padahal teman saya ini cewek lho dan ortu saya sudah kenal sama teman saya dan pernah ketemu dengan keluarga teman saya juga) tapi waktu saya minta ijin tetap tidak dikasih, dengan alasan, hanya perempuan "ngga benar" yang suka nginep-nginep (halo, saya tidak nginep di rumah teman lelaki, dan bahkan temen cewek saya hanya tinggal berdua sama neneknya, tidak ada laki-laki di sana). Kalau takut ditanya tetangga, yah jelaskan baik-baik donk. Pokoknya susahlah jadi anak perempuan, karena perempuan selalu dihakimi oleh masyarakat lebih sadis dibanding laki-laki, hmm kenapa saya jadi beralih ke topik feminis yah?

Back to topic, oke intinya saya selalu merasa kedua ortu saya tidak fair dalam mendidik adik saya dan saya. Karena saya anak tertua, papa selalu nasehatin saya untuk ngalah sama adik, sayangnya papa ngga pernah nasehatin adik untuk selalu hormat sama kakak, yang ada adik saya tumbuh jadi anak yang egois dan cuek, dan tanpa sadar suka bikin jengkel dan nyakitin perasaan orang lain.

Tahu tidak apa yang paling ditakuti oleh ortu saya? yaitu omongan jelek tetangga tentang diri mereka. Anehnya saya malah cenderung cuek selama intinya saya tidak melakukannya. Pernah ada kejadian, temen kantor saya sedang hamil, dan sore itu sehabis selesai ngantor, saya bilang padanya saya mau pergi ke supermarket untuk berbelanja suatu keperluan. Terus teman saya titip susu prenagen (susu khusus ibu hamil), yah niat saya mau membantu, tentu saja saya belikan. Pulang ke rumah, saya teledor tidak langsung membereskan belanjaan tersebut, dan mama memeriksa untuk melihat barang apa saja yang saya beli. Betapa marahnya mama saat tahu ada susu prenagen. Mama tetap marah dan mengoceh panjang lebar karena mau-maunya saya beli susu prenagen untuk teman saya. Mama khawatir kalau orang-orang mengira saya hamil hanya karena beli susu prenagen.

Dan kalau dibilang kasih ibu tidak mengharap kembali jelas salah, karena mama saya selalu berharap saya segera menikah dan memberikan cucu dan kalau bisa dapat suami yang bobot, bibit, bebet pula, yah ngga ada yang salah sih dengan harapan itu (semua ortu juga berharap seperti itu kan), tapi saya saya jadi merasa ada beban yang berat di pundak. Dan yang bikin saya stress, mama saya itu sangat overcritical, apa pun selalu di kritik, apa pun selalu salah, sehingga terkadang rasanya sulit sekali untuk bisa merasa lepas dan bebas meski di rumah sendiri. 

Terus, sebagai anak, mama saya selalu mengkritik kalau saya judes dan galak dan berkata bagaimana saya bisa berhasil dapat jodoh kalau sifat saya jelek? hmmm jujur saja, yang ada ini bikin saya jadi low self esteem karena merasa saya orang yang buruk. Tapi yang saya heran, kenapa mama saya ngga pernah berpikir, apa sih yang menyebabkan saya jadi jutek, selalu marah-marah dan cemberut? Yang pasti saya bukan tipe orang yang marah-marah tanpa sebab. Secara pribadi, saya ini orang yang cinta damai dan ingin hidup harmonis dengan siapapun. Selalu berusaha sabar. Selalu berusaha nahan emosi. Setiap saya bad mood itu pasti ada penyebab dan alasannya.

Tapi jujur gara-gara saya banyak baca tentang zodiac dan hubungannya dengan psikologi dan personality sedikitnya saya jadi memahami karakter saya. Terutama yang berhubungan dengan emosi. Sebagai lunar scorpion, saya memang mempunyai kecenderungan untuk tidak sengaja "menyengat" orang-orang yang telah melukai perasaan saya atau membuat saya tersinggung, yang membuat saya cenderung disalah-mengertikan, terutama bila saya selalu disakiti via verbal abuse (anak kecil ngerti apa soal sakit hati, anak ga guna, percuma elu mau usaha apapun pasti gagal, emang elu pikir elu ini hebat, dan kata-kata super nyakitin lainnya kalau papa saya sedang marah). 

Maya Angelou pernah berkata, "Orang akan lupa apa yang pernah anda katakan pada mereka atau apa yang pernah anda lalukan pada mereka, tapi orang akan selalu ingat apa yang mereka rasakan tentang diri anda." Sama hal-nya dengan anak-anak, saya mungkin lupa apa saja yang telah ortu katakan pada saya, tapi saya akan selalu ingat bagaimana rasanya menjadi anak yang sulit dipahami oleh ortu. Jadi kalau ada yang bertanya bagaimana hubungan saya dengan orang tua? maka saya akan mengatakan, baik-baik saja, tapi lebih tepatnya on-off relationship. Ada kalanya hubungan saya baik dan ada kalanya buruk, yah tapi wajar sih karena saya rasa setiap keluarga pasti seperti itu. 

Saya menulis ini tidak ada maksud untuk menjelek-jelekkan orang tua atau membicarakan orang tua, sama sekali tidak. Bagaimanapun mereka adalah orang tua saya dan meskipun mungkin ada kalanya saya tidak puas dengan cara ortu mendidik, saya selalu mengingatkan diri saya kalau ortu sudah merawat dan membesarkan saya, menyekolahkan saya hingga perguruan tinggi. Selain itu ortu hanya manusia biasa yang punya kekurangan dan kelemahan yang mungkin mereka sendiri tidak sadari. Saya sayang mereka dan saya selalu berharap bisa membahagiakan mereka dan memberikan yang terbaik untuk mereka. Saya selalu berdoa agar saya dapat mewujudkan harapan orang tua akan diri saya. Orang tua juga ingin agar anak bahagia dan senang, dan segala sesuatunya yang mereka lakukan biasanya diatasnamakan demi kebaikan si anak, walau caranya ngga disukai sama si anak. Walaupun dalam hati mungkin si anak berontak dan menjerit, "NO, this is not me, I'm not happy with it." Tapi lagi-lagi saya coba pasang topeng dengan ngalah, karena ortu saya tidak suka didebat. 

Tujuan saya menulis ini semata-mata untuk mengingatkan diri saya, seandainya kelak Tuhan mengijinkan saya menjadi orang tua, ingatkan saya untuk dapat memahami anak-anak saya nantinya. Ingatkan saya untuk bisa menjadi teladan dan idola untuk anak-anak saya, karena saya percaya bahwa didikan yang benar akan dibalas anak-anak dengan menjadi yang sesuai orang tua harapkan. Saya suka dengan satu pepatah kuno asal Cina, yaitu tidak ada anak yang jahat, yang benar adanya orang tua yang ngga bisa didik anak. Kalau ditanya apakah saya suka dengan cara para orang tua Asia (dalam hal ini timur jauh) mendidik anak mereka dengan keras agar menjadi orang yang berguna suatu saat? ehem, tergantung kerasnya kaya gimana? kalau misalnya kekerasan fisik macam, kalau anak-anak ada ulangan dan dapat nilai testnya jelek, lalu dipukul pake rotan atau payung, saya sangat TIDAK SETUJU atau dikata-katain macam bego, malas, otak udang, saya juga TIDAK SETUJU,  yang ada ini hanya akan membuat anak anda tersakiti dan menjadi pribadi yang keras. Terutama kalau anak anda sensitif. Tapi saya SETUJU kalau keras dalam hal konsekuensi. Misal dapat nilai test jelek maka jatah uang jajan akan dipotong , jadi ini bikin mereka lebih ngerti cara kerja orang dewasa. Tapi bagaimana pun saya tahu menjadi orang tua itu tidak mudah, sangat tidak mudah dan harus siap dengan pengorbanan. 

Yup, I have angst, insecurities, grudge, and bitterness.

Selesai sudah Writing Challenge ini. Meskipun perlu waktu nyaris 2 bulan, sekiranya saya berhasil menyelesaikannya. 

2 komentar:

  1. sukaa ama apa yang dibilang maya angelou and emang bener bangets yaa..

    temen gua pernah bilang : kita ga bisa mengubah ke atas, yang bisa kita lakukan adalah berusaha agar tidak melakukan hal yang sama ke (generasi) bawah nantinya.

    btw, kemaren ini gua sempet ngobrol2 ma temen.. gua baru menyadari.. karena antara ortu dan anak itu mempunyai kepribadian yang beda, maka wajar kalau no matter how good the parents, pasti akan ada sisi2 yang ga cocok ke diri anaknya, mungkin itu dimaksudkan supaya kita belajar toleransi dan memahami orang lain juga kali yaa :)

    akhir kataa.. *hugs* dan selamaaatt udah berhasil menyelesaikan keseluruhan challenge ini :)) niatan gua untuk ikutan udah menghilang ke laut, ahahahahaha :p

    and bener2 akhir kata.. may you have a change of heart jadi walaupun situasinya tetap sama, you will still have joy and peace in your heart ;)

    met wiken ^o^

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih Indah udah setia membaca post-ku yg isinya ga jelas.

      *hugs balik*

      Hapus